Senin, 02 Februari 2009

Daftar kaya tanpa pelihara Tuyul

Jalan jalan protokol hingga jalan kampung di Kediri sekarang ini sudah nggak begitu asyik lagi, pemandangan hijaunya pepohonan, ternodai rusak bin sepet gara gara banyaknya gambar rai rai calon penguasa rakyat yang berburu simpati agar di pemilu legeslatif nanti mendapat biting suara yang banyak. Tidak hanya pohon yang tidak berdosa menjadi sasaran kebiadaban mereka, tembok tembok rumah yang oleh pemiliknya dicat dengan beaya mahal harus ternodai oleh stiker stiker bergambar rai rai calon wakil rakyat, calon pejabat legeslatif, calon tukang gambar bang-jone Kediri. Salah seorang pemilik rumah di jalan tembus kaliombo Kota Kediri morning morning sarapan misuh misuh (30/1), gara gara tembok depan rumahnya yang baru saja dicat ditempel stiker gambar calon tukang gedok anggaran daerah itu. "Raimu ra nggantheng, karo tonggo gak srawung, nempeli gambar sembarangan". Otak warga jalan tembus Kaliombo itu agak umup hingga hard discnya agak error, gara gara ia berusaha mempercantik tampilan rumahnya dengan cat yang bagus rusak gara gara stiker gambar calon legeslatif.
Karena amarahnya nggak terbendung sementara mencari pemasang stiker di tembok rumahnya tidak ketemu, akhirnya amarah ia lampiaskan dengan ndleming tapi dengan gaya sok menjadi pengamat politik tingkat sundul langit. dalam pandangan pengamat politik kampung yang lagi ngamuk itu, Sungguh para calon legeslatif kota Kediri pingin menjadi pejabat dadakan, gaji dan ceperan sak gudang, dapat fasilitas mobil dinas yang menawan, kemana mana menenteng tas untuk tempat gembolan. Selanjutnya ingin kaya raya omahe gedong magrong magrong pinggir embong tur udele bodhong. "Pokoe mas, rai rai yang dipampang itu asline tujuane siji pingin sugeh tanpo ngingu tuyul". Dalih Pengamat politik kampung yang jengkel itu, ratusan manusia di Kota Kediri berebut simpati masyarakat dengan segala upaya agar dalam pemilu nanti terpilih menjadi wakil rakyat. Mereka amat tergiur dengan para pendahulunya yang lebih dulu berhail duduk di kursi empuk DPR Kota Kediri, asalnya ekonomi keluarga kembang kempis menjadi kaya raya "Sugeh mblegedhu". Rata rata dari mereka yang sudah merasakan indahnya daun daun rupiah berguguran di gedung dewan, mencalonkan lagi untuk bisa kembali menikmati lezatnya uang rakyat. "Enak jamane pak Harto mas, yang korupsi hanya keluarganya pak presiden. Sekarang angger rai melu korupsi". Itulah pandangan pengamat politik yang lagi melampiaskan amarahnya setelah tembok rumahnya ditempeli stiker gambar rai calon anggota DPR Kota Kediri.
Tidak semua dari manusia manusia yang mencalonkan anggota DPR kota itu, pingin kaya mendadak tanpa memelihara Tuyul. Tapi bila diinceng dengan cara seksama, ya rata rata gitu dong... ah. Dari pada bisnis dengan modal besar, belum tentu sukses bahkan bisa kukut bin bangkrut. Dari pada terus terusan menjadi sales dagangan podo sepi, pingin kawin lagi bondho cupet yaa lebih baik macung DPR kota aja. Asyik...gitu lo menjadi anggota DPR Kota Kediri.

Adalah seorang anggota DPR Kota Kediri yang dulu profesinya sebagai kepala desa di Kota Kediri. Ada kesempatan ia macung DPR Kota kemudian jadi, sungguh terkaget kaget dia seolah enggak percaya gitu loo. Di kantin gedung dewan ia keprucut omongan di depan para wartawan, "Aku dulu jadi lurah duwek cepet enthek, saiki menjadi dewan uang gak habis habis, nyumber terus".
Cuuuooooocccoook....inyak tenan.

Bila mempelajari sejarah dari masa ke masa wabil khusus di Kota Kediri, tidak sedikit dari anggota DPR Kota berangkat menuju kursi empuk tukang gedhok anggaran, asalnya dari keluarga yang ekonominya pas pasan. Tidak sedikit juga mereka asalnya kangelan nempur beras. Tapi begitu menjadi anggota DPR Kota ekonominya meningkat drastis, menjadi mblegedhu selanjutnya lifestile mereka berubah jadi perlente, suka mentheng kelek, gemar plesir, sok mriyayi, nyimel dengan uang gembolan dari sidang, kadang kadang juga hoby memelihara Wedo'an. Uuuhhhuuuuy.
La kemudian life stile mereka terus meningkat, lebih cenderung bersaing dengan pejabat pejabat eksekutif dari kepala dinas, Sekkota hingga Walikota. nah dampaknya pada saat mereka tidak menjabat lagi, Post power syndrome terjadi and kemudian dunyo hasil gembolan kadol kabeh, mbalik kere neh kemudian nggliyeng.

Sesungguhnya perilaku sak karepe dewe dari para manusia pendahulu di gedung dewan, itu juga disebabkan oleh perilaku masyarakat Kota Kediri yang selalu adem ayem disaat mengetahui para wakil rakyatnya bancaan uang rakyat di gedung dewan. Masyarakat lebih fokus kepada urusannya sendiri dari kerja di kantor hingga ngramal togel di warung, tanpa punya pikiran bahwa sesungguhnya sering kali terjadi penggarongan uang rakyat di gedung dewan. So sebenarnya sekarang ini sudah waktunya ngotak atik, bagaimana cara mujarab untuk menghentikan gerakan penggarongan uang rakyat itu.

Cara sepele yang mujarab untuk menghentikan penggarongan itu adalah dengan cara rakyat bersatu, berkumpul, menjalin mufakat untuk mencetak para anggota dewan dari lingkungan masing masing.
Tehnisnya...mari masyarakat berkumpul di gang gangnya masing masing, di kampungnya masing masing seiya sekata dengan penuh tanggung jawab mensukseskan Calon legeslatif yang disepakati. Tapi untuk menentukan calon legeslatif yang diberangkatkan, adalah mereka yang mau membuat kontrak politik yang fokus itemnya adalah wakil rakyat yang terpilih The Ownernya adalah masyarakat yang mensukseskan. Calon legeslatif itu enggak usah menggeluarkan sepeserpun uang sogokan untuk rakyat pemilih, duduk manis saja nunggu saat pemilu Ente jadi anggota DPR Kota. Karena anggota DPR Kota yang terpilih punya komisaris yaitu rakyat yang mensukseskannya, maka ia harus manut disetir oleh semua aturan, aspirasi hingga pesan moral dari sang komisaris yang disaring lewat tim komisaris. salah satu aturannya adalah, Gaji pokok dari gedung dewan diberikan kepada komisaris, selanjutnya anggota DPR Kota itu digaji dari sebagian gaji pokok itu dan Urusan ceperan sidang menjadi hak anggota DPR Kota itu. Aturan selanjutnya Suara yang dilantunkan oleh anggota DPR Kota di gedung dewan, selain mengacu dari partai pengusung juga harus sepengetahuan para dewan Komisaris inggih puniko rakyat engkang mensukseskan dia. Bila cara ini bisa dilakukan oleh kelompok kelompok masyarakat, wah rakyat bisa seger. Setiap bulan dapat bagian rejeki dari gedung dewan, tidak hanya menerima nylawean menjelang pilihan. Rakyat punya power untuk ikut menentukan bang-jo ne kutho, dan bakal tidak gampang ada pejabat mblegedhu gara gara korupsi, kemudian rejeki bisa terguyur merata baik kepada dompet pejabat maupun kepada dompet rakyat. asyik tooo....silakan mencoba.

1 komentar:

  1. Angel Pak Lik, wong masyarakat Kota Kediri itu pokoknya dikasih "nylawean" ditambahi kuntul jinjit satu botol sudah terlena kok.. Maka dewannya ya sak karepe dhewe. Dulu hobinya ke warung kopi setelah "mundhak drajat" ganti keluar masuk hotel. Dulu seneng mangku anaknya sekarang hobi mangku purel di cafe-cafe. Wis mbuh lah... apa jare Gusti Allah.

    BalasHapus